Kamis, 03 Februari 2011

Pendidikan “Alat Menghabiskan anggaran”

Oleh : Puput Julianti Damanik
Dinegeri permai ini,
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak SEKOLAH
Pemuda desa tak kerja
Bait kedua lagu darah juang oleh John Sonny Tobing tersebut, telah mewakili kekecewaan putra-putri Indonesia terhadap pemerintahan Negara Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan. Kenapa tidak, pada hakekatnya pendidikan itu merupakan sebuah sarana  dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Maka dari itu Pendidikan sangatlah penting bagi putra-putri Indonesia dalam meningkatkan mutu dan kualitas selaku generasi penerus bangsa.
Namun kenyataan yang dapat kita lihat bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak bersekolah. Hal ini terjadi karena kurangnya peran pemerintah sebagai salahsatu stake holder dari pendidikan tersebut. Pemerintah merupakan  pengatur dalam penyediaan  komponen dasar pendidikan yang meliputi alat-alat dan sarana prasarana, serta process (metode pembelajaran).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah kita dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia. melalui UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pemerintah mencanangkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (Wajar Dikdas), Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), pendidikan SD gratis, dan program lainnya. Namun  upaya-upaya tersebut dianggap belum dapat membesarkan dan memperbaiki pendidikan di Indonesia. Karena faktanya anggaran tersebut tidak sampai ke tangan anak-anak yang membutuhkannya.
Prof Suyanto, Ph.D Dirjen Mandikdasmen mengatakan bahwa secara umum tujuan program BOS adalah meringankan beban pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Dan secara khusus bertujuan untuk menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat SD, SMP Negeri dari beban biaya operasional sekolah, dan meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Namun aplikasinya dan realitanya di lapangan adalah bahwa siswa di sekolah Negeri tetap harus membayar uang iuran, bangunan, bahkan uang buku paket pelajaran.
Ditambah lagi dengan banyak sekolah yang biayanya sangat mahal dari tahun ketahun. Harga untuk masuk ke Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat kalangan bawah tidak memiliki pilihan lain, kecuali tidak  bersekolah dan bekerja.
Untuk masuk TK, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) saja saat ini dibutuhkan biaya jutaan rupiah, bahkan ada yg memungut diatas dua juta rupiah. Tidak sampai disitu saja, untuk meneruskan pendidikan di PT pun membuat semua orang berpikir panjang.
“Untuk apa kuliah, lebih baik cari kerja dan menghasilkan duit, daripada kuliah dan akhirnya jadi pengangguran juga.” Inilah ungkapan-ungkapan yang sering terdengar dari masyarakat yang sebenarnya kecewa dan patah semangat karena mahalnya pendidikan tersebut. padahal, biaya sekolah yang mahal juga belum menjamin pendidikan yang baik.
Becermin dari kejadian seperti ini, dapat disimpulkan bahwa  pemerintah kita masih belum maksimal dalam pencapaian wajib belajar, dan permerhatian pendididkan Indonesia. Anggaran-anggaran yang dikeluarkan untuk pendidikan malah tempat membiayai para penjabat tinggi untuk bersenang-senang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang banyak uanglah yang dapat mengenyam pendidikan. Memang satu hal yang kita sayangkan di Negara maju seperti Negara kita Indonesia.
Tidak sampai disitu, hal lain terjadi untuk memperparah kasus tersebut,kali ini permasalahannya adalah sarana, prasarana dan layanan pendidikan yang memang terlihat sangat memprihatinkan, Terutama didaerah-daerah terpencil yang belum dilengkapi perpustakaan, komputer, ruangan laboratorium praktek, apalagi Internet. Hal seperti ini terjadi di sekolah-sekolah yang berada di desa. Fasilitas seperti yang diterangkan diatas sangat minim, maka tidak heran jika orang gaptek sering disebut orang kampungan. Bagaimana Indonesia dapat bersaing dikanca Internasional kalau seperti ini tatanan, dan permasalahannya ?
Dalam suatu majalah Asia Week dinyatakan Indonesia belum masuk 20 besar dibidang kemajuan saince dan technology. Seharusnya perkara tersebut menjadi PR untuk kita semua selaku Warga Negara Indonesia dan kita peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa.
Terlepas dari permasalahan mahalnya pendidikan dan kurangnya sarana, prasarana  layanan pendidikan dari pemerintah, Rancangan Undang-Undang (RUU) sisitem Pendidikan  terkesan sangat ribet dan masih kontroversi membuat pendidikan, baik pendidikan formal, informal dan nonformal, tidak memiliki kejelasan. Bukan hanya itu, kita juga harus memperhatikan kualitas pendidiknya. Karena tercapainya tujuan pendidikan Nasional sebenarnya diukur dari kecerdasan dan kualitas peserta didik. Hasil pencapaian tersebut juga tergantung dari kualitas pendidikannya sendiri, dalam hal ini adalah Guru.
Karena kenyataannya bahwa masih banyak guru-guru di sekolah dasar sampai tingkat menengah atas yang mengajar namun tidak sesuai dengan jurusannya yang diembannya di bangku kuliah. Bahkan masih ada guru yang mengajar sampai 3 mata pelajaran sekaligus dalam satu sekolah atau lain sekolah.
Memang jika kita berbicara tentang pendidikan tidak akan pernah ada habisnya, karena pendidikan merupakan salahsatu devisa tinggi yang dimiliki oleh seseorang dalam mencari kehidupan yang layak, misalnya dalam dunia kerja. Untuk menjadi seorang pembantupu sekarang dilihat tamatan maupun ijazah terakhirnya.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini belum menunjukan keberhasilan. Seharusnya pemerintahan harus bisa memandang dan mengatur strategi atau usaha yang baru dalam pembenaan pendidikan Indonesia kedepan sehingga Indonesia mampu bersaing dengan Negara-negara lainnya. Jika penduduk Indonesia dapat bersekolah, maka jelas Sumberdaya manusia Indonesia  menjadi bermutu, sehingga kita tidak perlu membayar mahal kepada orang lain.
Dengan permasalahan tersebut diharapkan pemerintah dapat melaksanakna upaya dan usaha baru seperti melengkapi sarana dan fasilitas  seperti komputer, ruang Laboratorium, dan Internet sehingga bukan hanya teori saja yang didapat, namun prakteknya juga diterima. yang kedua mengadakan  sosialisasi, dan perhatian-perhatian yang lebih untuk mengamati pendidikan di Desa terpencil. Ketiga, membantu  siswa untuk terus bersekolah dengan memurahkan uang sekolah, dan menambah Biaya Operasional Sekolah sampai tingkat SMA, Mengadakan studi banding sebagai perbandingan untuk perbaikan pendidikan di Indonesia, serta mendatangkan guru-guru dari luar negeri  yang kualitas  pendidikannya bagus, misalnya Jepang, Amerika dan lainnya. 
Perbedaan layanan pendidikan didesa dan dikota merupakan salahsatu bentuk Keberpihakan pendidikan, dan kita mengharapkan kejadian ini tidak akan terulang lagi, sehingga perkembangan pendidikan khususnya teknologi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Marilah kita saling mendukung dan berpartisipasi untuk kemajuan pendidikan bangsa  kita, dengan tujuan yang bulat yakni melahirkan generasi-generasi yang benar-benar berpotensi positif dan berbakat, sehingga mampu bersaing dan melahirkan SDM yang bermutu di Indonesia. Dengan biaya yang dapat dijangkau oleh seluruh Warga Negara Indonesia .
Dan pemerintah selaku penanggungjawab utama  pendidikan Indonesia, harus mampu menyeimbangkan dan memanage anggaran yang dikeluarkan untuk pendidikan. Sehingga tidak jatuh ke tangan-tangan yang tidak berakal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar